Kamis, 16 Agustus 2012

To Save My Dear Friend - Part 3




TO SAVE MY DEAR FRIEND
~ PART 3 ~



**Rihan**

Wajah Liana saat menangis tak dapat kutepis dari pikiranku. Sekarang, kebosanan dan wajah menangisnya yang menghapus kebosananku bergantian tiap beberapa menit. I feel pathetic.

Kenapa wajahnya saat menangis tak dapat kulupakan...

It is still impossible that I'm in love... I think...

Dengan kaget, aku menyadari ada keraguan dalam hatiku. Benarkah aku telah jatuh cinta padanya?

Even if it's true, I don't want to admit it. Dari semua makhluk yang ada, dari semua wanita yang mendekatiku. Malaikat etnis Putih? Satu-satunya etnis Malaikat, tidak, satu-satunya makhluk yang tabu hubungannya dengan etnis Hitam.

Haahh. Sedikit udara segar mungkin dapat membantu. Pegunungan Quetra di Lapisan Tengah akan menjadi tempat yang tepat.


**Aine**

Aku menemukan iblis itu di pegunungan Quetra di Lapisan Tengah. Hanya sebuah kebetulan. Mungkin lebih tepat jika disebut keberuntungan.

Kudengar ada Iblis etnis Hitam yang sangat rupawan sering berkeliaran di pegunungan Quetra. Tak kusangka, itu adalah Rihan, kekasi.. - kata yang tak ingin kuucapkan terlintas di pikiranku – pembunuh (tepatnya calon pembunuh) Lian. Aku tak mungkin salah mengenalinya. Lian pernah menunjukkan wajahnya padaku dengan kemampuannya mengendalikan cahaya pada permukaan air.

Aku sudah mencari iblis itu sejak membulatkan tekadku. Kesulitan dalam menemukannya sudah aku perkirakan karena aku tak dapat masuk ke Lapisan Bawah. Adanya iblis rupawan di pegunungan Quetra hanya merupakan desas-desus yang tidak jelas kebenarannya. Tanpa harapan tinggi, aku mencoba mencari iblis itu di pegunungan Quetra. Tak kusangka, aku menemukannya. Perasaanku bercampur antara senang dan kecewa saat menemukannya. Senang karena menemukannya. Kecewa karena ia bukan iblis berkekuatan rendah.

Pegunungan yang penuh dengan tumbuhan pemakan daging ini jarang didatangi makhluk yang bukan penduduk asli. Sering berkeliaran di sana menunjukkan tingkat kekuatannya yang di atas rata-rata. Ini akan menghambat rencana awalku.

Plan B - rencana cadangan.

......

Aku tak punya rencana cadangan. This is not good.


**Iblis Berkekuatan Tinggi**

Rihan, Iblis etnis Hitam yang sangat rupawan ini sering datang ke pegunungan Quetra di waktu luangnya. Tak ada yang akan mengganggunya di sini, bahkan Aine sekalipun. Pegunungan ini penuh dengan tumbuh-tumbuhan pemakan daging yang ganas.

Rihan yang baru saja mendarat, disambut oleh Yorlak, tumbuhan ganas yang menyerang dengan sulurnya yang kuat. Belum sempat Rihan menyimpan sayapnya di punggung, sulur Yorlak hendak melilit kakinya. Dengan gerakan luwes, Rihan menghindari serangan tersebut.

Beberapa detik kemudian...

Kretek. Kretek. Kretek. Bunyi api yang membakar Yorlak beberapa detik setelah penyambutan yang ia lakukan. Api itu membakar Yorlak hingga habis, bukan hanya sulur, tetapi juga kepalanya, tempat jantungnya berada.

Api yang dikendalikan Rihan ini hanya membakar yang ia inginkan. Pengendalian Rihan yang sempurna terhadap api sudah ribuan kali membakar habis tumbuh-tumbuhan yang mencoba menyerangnya di pegunungan ini. Ribuan yang menyerangnya, tak ada satupun yang berhasil menorehkan bahkan satu sayatan di kulitnya.

Get how powerful he is now?

On the other hand, Aine membawa Tuliet – semacam jimat yang memiliki kegunaan dan kekuatan yang berbeda-beda (umumnya digunakan sebagai perlindungan), tergantung pembuatnya – yang dapat mengusir segala jenis tumbuhan pemakan daging. Benda yang ia warisi dari ibunya ini adalah benda yang sangat langka karena jumlah pembuat Tuliet yang dapat dihitung dengan sebelah tangan. FYI, benda ini memberikan kutukan mematikan bagi yang bukan pemiliknya. Jadi, mencurinya adalah ide yang sangat buruk.

Get the difference between them? It's not like she's weak. She's just not good enough to survive hours there.


**Rencana Aine**

Aku akan mencabut nyawanya. Hal yang tidak begitu sulit. Aku dapat menggunakan bulu-bulu di sayapku dengan baik. Sedikit manuver cantik dan beberapa kepakan sayap dengan bulu-bulu putih yang tajam berjatuhan seperti hujan pasti membunuhnya.

Sialnya, ia adalah iblis berkekuatan tinggi. Membunuhnya akan membutuhkan lebih dari manuver tingkat tinggi dan ribuan kepakan sayap. Bulu-bulu putihku yang menghujaninya bagai seribu jarum tak akan menyentuhnya, bahkan jika aku menggunakan semua bulu di sayapku.

Nekat saja. Kata hatiku. Ini demi Lian, sahabatmu.

Pikirkan lagi. Kata otakku. Alih-alih membunuhnya, kau bisa terbunuh.

Saat hati dan otakku berseteru, aku melihatnya berjalan ke ujung jurang. Jurang yang sangat curam. Kesempatan emas!

Pelan-pelan, tanpa bersuara, kudekati iblis itu dari belakang. Langkah demi langkah kuambil dengan sangat hati-hati.

***

Rencana Aine yang baru. Mendorong Rihan dari jarak dekat dengan kemampuannya mengendalikan air – agar Rihan tak dapat menghindar. Lalu saat Rihan jatuh dari jurang, menekannya dengan semburan air yang kuat agar Rihan mencapai dasar jurang lebih cepat tanpa sempat mengeluarkan sayapnya. What do you think? Nice plan? Or careless plan?


Bersambung ke To Save My Dear Friend - Part 4


2 komentar: